Apa itu Filsafat Islam? Yuk Simak Ulasan Berikut Ini!
Filsafat
berasal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia, kata tersebut berasal dari kata
philein yang berarti mencintai, dan Sophia yang berarti kebijaksanaan.
Philosophia berarti cinta akan kebijaksanaan, dalam bahasa Inggris disebut love
of wisdom, dalam bahasa Belanda disebut wijsbegeerte, sedangkan
dalam bahasa Arab disebut Muhibbual–HIikmah).[1]Dan
secara umum filsafat dapat diartikan sebagai sebuah ilmu yang tujuanya adalah
mencari kebenaran dengan sedalam dalamnya memalui akal pikiran atu logika.
Berikut Definisi filsafat menurut para filsuf :
1. Menurut Plato (427-374 SM) filsafat adalah ilmu yang
membicarakan hakikat sesuatu. Adapun Aristoteles berpendapat bahwa filsafat
adalah ilmu pengetahuan tentang kebenaran yang meliputi logika, fisika,
metafisika dan pengetahuan praktis.
2. Menurut Drijarkara, (1913-1967) filsafat adalah pikiran manusia
yang radikal, artinya dengan mengesampingkan pendirian-pendirian dan pendapatpendapat
yang diterima saja tetapi mencoba memperhatikan pandangan yang merupakan akar
dari pandangan lain dan praktis.
3. Menurut Hasbullah Bakry, filsafat adalah ilmu yang menyelidiki
segala sesuatu dengan mendalam mengenai keTuhanan, alam semesta dan manusia
sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh
yang dapat dicapai akal- manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya
setelah mencapai pengetahuan tersebut.
Dengan hal ini tidak ada keterkaitan dengan filsafat Islam karena filsafat Islam ialah hasil pemikiran filsafat tentang Ketuhanan, Kenabian, Kemanusiaan, dan Alam yang disinari ajaran Islam dalam suatu aturan pemikiran yang logis dan sistematis, serta memaparkan secara luas tentang teori ada (ontologi), menunjukan pandangannya tentang ruang, waktu, materi dan kehidupan. Filsafat Islam berupaya memadukan antara wahyu dengan akal, antara aqidah dengan hikmah, antara agama dengan filsafat, dan menjelaskan kepada manusia bahwa wahyu tidak bertentangan dengan akal. Mengingat setelah zaman nabi dan sahabat,umat islam sudah terpecah pecah pada masa itu, ada yang menamai dirinya ahli ro’yi (pemikiran),dan ada yang menamai dirinya ahli hadist. Mereka selalu berdebat mana yang harus didahulukan antara akal dan wahyu atau hadist. Baru pada selang beberapa abad, setelah lahirnya beberapa filosof islam, umat Islam mulai menyatukan antara akal dan wahyu atau hadist. Karena ketiga-tiganya tidak mungkin saling bertentangan. Semua harus berjalan secara beriringan dan serasi.
Sejarah Filsafat Islam
Secara historis, perkembangan filsafat dalam Islam dapat dikatakan dimulai oleh pengaruh kebudayaan Hellenis, yang terjadi akibat bertemunya kebudayaan Timur (Persia) dan kebudayaan Barat (Yunani). Pengaruh ini dimulai ketika Iskandar Agung (Alexander the Great) yang merupakan salah satu murid dari Aristoteles berhasil menduduki wilayah Persia pada 331 SM. Alkulturasi kebudayaan ini mengakibatkan munculnya benih-benih kajian filsafat dalam masyarakat Muslim di kemudian hari. Penerjemahan literatur-literatur keilmuan dari Yunani dan budaya lainnya ke dalam bahasa Arab secara besar-besaran di era Bani Abbasiyah (750-1250an M) dapat dikatakan memberi pengaruh terbesar terhadap kemunculan dan perkembangan kajian filsafat Islam klasik. Peristiwa tersebut kemudian menjadikan periode ini sebagai zaman keemasan dalam peradaban Islam. Ini sekaligus menunjukan keterbukaan umat Muslim terhadap berbagai pandangan yang berkembang saat itu, baik dari para penganut keyakinan monoteis lainnya, seperti kaum Yahudi yang mendapat posisi penting saat itu di negeri-negeri Islam (Ravertz, 2004: 20), hingga kaum Pagan, yang terlihat dari ketertarikan umat Muslim terhadap literatur bangsa Yunani Kuno yang mana sering diidentikan dengan ritual-ritual Paganisme. Keterbukaan dan ketertarikan umat Islam terhadap literatur-literatur ilmu pengetahuan dari budaya lain diyakini telah membawa pengaruh besar terhadap perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan, terutama terhadap perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan yang di kemudian hari berkembang lebih lanjut pada Abad Pencerahan di Eropa.
Tokoh Filsuf Islam Bagian timur;
1. Al-Kindi
Nama
lengkapnya adalah Abu Yusuf Ya’kub ibnu Ishaq ibnu Al-Shabbah ibnu ‘Imran ibnu
Muhammad ibnu Al-Asy’as ibnu Qais Al-Kindi. mengemukakan pokok-pokok pemikiran
filsafat dalam berbagai aspek antara lain:
Ø
Pemanduan Filsafat dan Agama
Ø
Filsafat Ketuhanan
Seorang filsuf muslim kedua setelah al-Kindi, nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad Ibnu Zakaria Ibnu Yahya Al-razi. Al-Razi adalah filosof yang hidup ketika manusia saat itu mendewa-dewakan akal. Keterlibatan Al-Razi dalam filsafat telah banyak mengilhami para pemikir lain, termasuk filosof yang sezaman dengan beliau. Keistimewaan filsafat Al-Razi disbanding filosof lain sebenarnya terletak pada penekanan aspek rasionalitas, terutama doktrinnya yang bombastis tentang lima kekekalan yaitu tuhan, ruh universal, materi pertama, ruang mutlak. Kelima ini merupakan landasan ajaran filsafatnya. Kaum Mu’tazilah sekalipun yang dianggap sebagai paling rasional, ternyata Al-Razi ini jauh lebih rasional. Filsafat Ar-Razi dikenal dengan ajaran “Lima kekal” yaitu: Allah Ta’ala, ruh Universal, materi pertama, ruang absolute, masa absolute.
2. Al-Farabi
Nama
asli beliau adalah Abū Nasir al-Fārābi (dalam beberapa sumber ia dikenal
sebagai Abu Nasr Muhammad Ibn Muhammad Ibn Tarkhan Ibn Uzalah Al- Farabi.
Al-Farabi adalah filososf muslim yang meletakkan dasar-dasar filsafat Islam
secara sistematis dan rinci untuk memudahkan pemahaman bagi orang orang
setelahnya, pemikiran filsafatnya dipengaruhi oleh pemikiran filsafat Yunani.
Menurutnya alam ini terjadi dari sebab wujud pertama (Allah) yang melimpah
secara bertingkat dan disebut emanasi, sedangkan untuk memperoleh kebenaran
para filosof memperolehnya dengan menggunakan kekuatan akal sedangkan para Nabi
memperolehnya melalui wahyu yang dituangkan kepada manusia pilihanNya.
Pemikiran al-Farabi dalam bidang politik seperti negara utama menyerupai konsep
negara idealnya Plato. Pemimpin adalah penggerak pertama masyarakat untuk
mendapat kebahagiaan, sebagaimana kedudukan hati dalam jasad, sedangkan anggota
tubuh lainnya adalah pembantu untuk menghasilkan kebahagiaan yang dicita-citakan.
4. Ikhwan Al-Shaffa
Sebuah perkumpulan para mujtahidin yang bergerak dalam bidang filsafat dan ilmu pengetahuan. Sesuai dengan namanya, Ikhwan Al Safa berarti persaudaraan yang suci dan bersih. Informasi lain menyebutkan bahwa organisai ini didasarkan oleh kelompok masyarakat yang terdiri dari para filosof. Organisasi yang mereka dirikan bersifat rahasia dan memiliki misi politis. Namun bersamaan dengan itu pula ada yang menyatakan bahwa organisasi ini lebih bercorak kebatinan. Mereka sangat mengutamakan pendidikan dan pengajaran yang berkenaan dengan pembentukan pribadi, jiwa, dan akidah.
Diantara anggotanya yang dapat diketahui nama-nama mereka adalah sebanyak lima orang, yaitu:
Ø Abu Sulaiman Muhammad Ibnu Masyar al-Basti atau dikenal dengan nama al-Maqdisy
Ø Abu Hasan Ali Ibnu Harun al-Zanjany
Ø Abu Ahmad al-Mahrajani
Ø Al-Qufy
Ø Zaid Ibnu Rifa’ah
Menurut Ikhwan al Safa, hakekat manusia adalah terletak pada jiwanya, sementara jasad merupakan penjara bagi jiwa, oleh karena itu kelompok ini membuat perumpamaan bagi orang yang belum dididik dengan ilmu aqidah, ibarat kertas putih bersih, belum ternoda apapun juga. Apabila kertas ini ditulis sesuatu, maka kertas tersebut telah memiliki bekas yang tidak akan dihilangkan.
5. Ibnu Miskawaih
Salah seorang cendekiawan Muslim
yang berkonsentrasi pada bidang filsafat akhlak. Gayanya yang menyatukan pemikiran
abstrak dengan pemikiran praktis membuat pemikirannnya sangat
berpengaruh.Terkadang Ibnu Miskawaih hanya menampilkan aspek-aspek kebijakan
dari kebudayaan-kebudayaan sebelumnya, terkadang dia hanya menyediakan ulasan
praktis tentang tentang masalah-masalah moral yang sulit untuk
diuraikan.Filosofinya sangat logis dan menunjukkan koherensi serta konsistensi.
Menurut Ibnu Miskawaih, Tuhan adalah Zat yang jelas
atau tidak jelas; jelas karena Tuhan adalah yang haq (benar), sedang tidak
jelas karena kelemahan akal manusia untuk menangkap keberadaan Tuhan serta
banyaknya kendala kebendaan yang menutupinya.Tentu saja ketidaksamaan wujud
manusia dengan wujud Tuhan menjadi pembatas.Menurutnya, entitas pertama yang
memancar dari Tuhan adalah akal aktif, yaitu tanpa perantara sesuatu pun yang
bersifat kekal, sempurna, dan tak berubah.
Pemikiran Ibnu Miskawaih tentang
manusia tidak jauh berbeda dengan para filosof lain. Menurutnya di dalam diri
manusia terdapat tiga daya, yakni daya nafsu (al-nafs al-bahimiyyat) sebagai
daya paling rendah, daya berani (al-nafs al-sabu'iyyat sebagai daya
pertengahan, dan daya berpikir (al-nafs al-nathiqah)sebagai daya tertinggi.Dia
sering menggabungkan aspek-aspek Plato, Aristoteles, Phytagoras, Galen, dan
pemikir lain yang telah dipengaruhi filosofi Yunani.Namun ini bukanlah suatu
penjarahan budaya,melainkan usaha kreatif menggunakan pendekatan-pendekatan
berbeda ini untuk menjelaskan masalah-masalah penting.
Baca Juga Ya!
6. Ibnu Sina
Dikenal
dengan Abu Ali Husein Ibnu Abdullah Ibnu Sina lahir pada tahun 980 h/ 1037 m di
afsyna, dekat bukhara. konsep ibnu sina memiliki tiga konsep perenungan. pertama
yang mempunya dua sifat , yaitu sifat wajib al-wujud lighairihi sebagai
pancaran dari Tuhan, dan mumkin al-wujud lidzatihi apabila di tinjau dari
hakikat dirinya. Akal pertama memiliki tiga obyek pemikiran, yakni Tuhan,
dirinya sendiri sebagaimana wajib wujudnya , dan dirinya sebagai mumkin
wujud-nya.ketika akal memikirkan dirinya sebagai wajib wujudnya , timbul
jiwa-jiwa ,dan dari aktifitas berpikir tentang dirinya sebagai mumkin wujudnya
timbul langint-langit
7. Al-Ghazali
Dikenal Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i adalah seorang filsuf dan teolog muslim Persia. Al-Ghazali mengatakan bahwa eksistensi Tuhan adalah sebagai Wajibul Wujud yang tidak membutuhkan sesuatu apapun, maka ia adalah Zat Tuhan, yaitu Zat ghair mutahajis artinya tidak memerlukan sesuatupun dalam eksistensi-Nya.
Sumber pengetahuan tentang Tuhan
adalah melalui kalbu dengan cara pemecahandalam wujud cahaya. Al-Ghazali
memberikan penjelasan bahwa keraguan yang bersifat filosofis dapat mengantarkan
pengetahuan indrawi. Pegetahuan tersebut adalah pengetahuan intuitif yang didapat seseorang melalui akal sehat
dengan cara ilmiah, maka tidak ada keraguan sedikitpun
Tokoh Filsafat Islam bagian barat;
1. Ibnu Bajjah
Dikenal Abu Bakar Muhammad ibnu Yahya ibnu Bajjah lahir di saragosa pada perempatan akhir abad 5 hijriyah , dan wafat di fez (maroko) pada tahun 533 h/ 1138m. Karena keterlibatannya di bidang politik, ibnu bajjah tidak seproduktif filsuf lainnya. Beberapa karya tulisnya berkenan dengan logika , jiwa, etika, astronomi, kedokteran, dan lain-lain. karya tulisnya antara ain risalah al-wada’yang berisi uraian tentang penggerak pertama dan tujuan sesungguhnya dari wujud alam dan manusia , dan tabdir al-mutawahid tentang penataan diri mutawahid (sang pribadi unik).
Dalam tabdir al-mutawahid , ibnu
bajjah mula-mula menejlaskan makna tabdir sebagai penata aktivitas atau tingkah
laku sedemikian rupa agar tercapai suaut tujuan mulia.pemerintahan sempurna
adalah pemerintahan yang mampu memberikan jaminan peluang bagi setiap pribadi
untuk mengembangkan aktifitas dalam rangka mencapai taraf kesempurnaan setinggi
mungkin.dengan masyarakat yang sempurna , masyarakat tidak lagi memerlukan
dokter jiwa, dokter badan, dan dokter moral, atau penjabat peradilan karena
masyarakat tertera dengan baiksecar lahir dan batin. , sebaliknya aoabila tidak
berada dalam pemerintahan tidak dalam yang sempurna hendaknya ia menata diri
secara pribadi atau kolektif menata diri dalam pemerintahan yang sempurna.
Ibnu Bajjah membagi perbuatan
manusia kepada dua macam,pertama, pebuatan manusiawi, yaitu perbuatan yang di
dorong oleh kehendak/kemauan yang di hasilakn oleh pertimbangan pemikiran. Kedu
perbuatan hewani, yaitu perbuatan insingtif sebagaimana terdapatpada hewan,
muncul karena dorongan insting, dan bukan dorongan pikiran. Menurut ibnu
bajjah, seseorang haruslah menata dirinya dengan menundukkan potensi hewaninya
kepada kemauan akal.jika sebaliknya terjadi maka ia lebih rendah dari binatang
2. Suhrawardi Al-Maqtul
Dikenal
Abu al-Futuh Yahya bin Habasy bin Amirak as-Suhrawardi al-Kurdi, lahir pada
tahun 549/1153 di suhraward, sebuah kampung di kawasan jibal, iran barat laut
dekat dengan zanjan. Iluminasionisme merupakan mata rantai tradisi berpikir
yang tetap hidup di dunia islam. Karya suhrawardi hikmah al-isyraq menyebar ke
dunia islam saat itu, khusunya dalam kawasan penganut syiah persia. Disana
ajaran suhrawardi mendapatkan lahan subur dan terus hidup hingga kini. Kitab
hikmah al-isyraq, misalnya di ajarkan bersamaan dengan komentarnya yang di
tulis quthbudin asy-syirazi mulia sadra. Iluminasi sebagai perpaduan antara
sufi dan paripatek menyebar ke anak benua india dan afrika , khususnya kawasan
utara yang selanjutnya menembus ke daratan eropa.
Suhrawardi dan mulla sadra adalah
dua tokoh penting yang pemikirannya memengaruhi pemerintahan safawi dan qajar.
Perbedaan mmendasar antara keduanya terletak pada problem ontologi. Suhrawardi
menggunakan ashalat al-mahiyah, sedangkan mulla sadra memakai ashalat al-wujud.
Menurut suhrawardi, hakikat sesuatu adalah esensinya, dan eksistensinya adalah
sifat yang menyertai nya.mulla shadra bependapat sebaliknya, eksistensi sesuatu
adalah esensinya.
3. Ibnu Thufail
Dikenal Abu Bakr Muhammad ibnu
Abd al-Malik ibnu Thufail. Lahir di wadi asy (guadix), dekat dengan granada
sekitar tahun 500 h/11106 mia menguasai kedokteran,astronomi, dan filsafat.
Pada mulanya ibnu thufail aktif bekerja sebagai dokter dan pengajar, lalu alih
profesi sebagai sekretaris pribadi menguasai granada.pada tahun 549 h/ 1154 m,
ia di percaya sebagai sekretaris gubernur wilayah ceuta dan tangier (maroko).
Ibnu Thufail menyatakan bahwa kedua paham ini masih mengakui adanya Tuhan sebagai pencitpa alam semesta. Jika alam ini pernah tidak ada, tentu ia membutuhkan sesuatu lain yang menciotakan alam itu dari tiada menjadi ada; dan pencipta itu adalah Tuhan.bila alam ini qodim, maka ia merupakan akibat dari penciptaan oleh Tuhan sejak qidam.alam yang terbatas ini tidak mungkin selamanya bergerak, ia bergerak hanya dengan tenaganya sendiri yang terbatas.jadi, ke-haditsan atau ke-qodiman alam sepenuhnya tergantung pada Tuhan selaku pencipta dan penggeraknya.
Komentar
Posting Komentar